Langsung ke konten utama

Parade Tikuluak Kompong, Bundo Kanduang IKESMA

Tikuluak atau Takuluak atau Tangkuluak adalah hiasan kepala para bunda kanduang di Minangkabau. Hiasan kepala ini lazimnya dibuat dengan melipat kain sarung, bisa juga telekung atau mukena. 

Menurut bundo Rima Yanti (bundo Titi) dari Komunitas Baju Basiba, ada lebih dari 600an model tikuluak tersebar di Minangkabau. Namun yang populer di antaranya adalah Tikuluak Tanduak, Tikuluak Baikek, Tikuluak Balapak dan Tikuluak Kompong. 

Dari sisi bahan yang dipakai yaitu kain sarung dan/atau mukena menjelaskan bahwa bagaimana pun heboh dan meriahnya sebuah "alek" (baca: helat/pesta) para bunda di Minangkabau tetap dalam naungan Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) yang menjadi falsafah hidup di ranah Minang. Tampil gaya dan tetap syar'i. Aurat tertutup rapi dan ibadah sholat tetap terjaga. Karena begitu waktu sholat tiba tikuluak akan kembali berfungsi sebagai telekung/mukena untuk sembahyang. 

"Sembahyang itu wajib, namun menggaya ketika helat itu juga penting. Bunda kandung Minangkabau itu dari dulu sudah sangat arif dan bijak, sadundun (selaras) dunia dengan akhirat. Urusan dunia tak harus mengabaikan perkara akhirat." jelas Siti Gemala, seksi Pendidikan IKESMA. 

"Dan bunda kandung zaman now hanya meneruskan dan melestarikan saja. Acara halal bi halal seperti ini adalah waktu yang sangat tepat untuk mengabarkan tradisi dan budaya Minangkabau pada dunia." tukuknya lagi. 

Hal senada juga dibenarkan oleh Koordinator Seksi Acara Doffi Djojar Dt. Kuku Omeh. "Untuk mengimbanginya, kami kaum lelaki memakai baju guntiang Cino (baju Koko), berkopiah dan menyandang kain sarung. Seperti yang sudah dijelaskan tadi, sesibuk apa pun kita, semeriah apa pun pesta, ketika adzan berkumamdang maka sholat harus segera ditunaikan. Ini lah warisan budaya Minangkabau yang harus tetap kita lestarikan. Di mana pun kita berada, di kampuang mau pun di rantau." jelas Datuk Kuku Omeh. 

Dalam pengamatan kami dalam acara-acara bernuansa ramah tamah dan silaturrahim masyarakat Minangkabau masih kukuh teguh memelihara warisan budaya dalam berbusana. Walaupun sebuah tradisi yang sudah sangat lama, namun masih/tetap bisa menyesuaikan dengan geliat perkembangan zaman. Ini lah disebut dalam pituah, Adat dipakai Baru - Baju dipakai Usang. Melestarikan tradisi dan adat istiadat justru akan membuatnya selalu terasa baru (up to date) Ini poin-nya []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reuni Akbar IKESMA dan HUT ke 68 SMANSA Payakumbuh

Info IKESMA, Agustus 2023 -  Dulu kito bakawan, kini  badunsanak  - adalah tema yang diusung dalam rangka Reuni Akbar IKESMA yang insyaa Allah akan berlangsung bersamaan dengan Hari Ulang Tahun SMA Negeri 1 Payakumbuh yang ke 68. "Dari tema ini, kami ingin memperdalam semangat silaturrahim IKESMA, dari level perkawanan menuju level persaudaraan" jelas Ariyanto Zein, Ketua Umum IKESMA. "Sesakit sesenang, sehina semalu. Ke mudik sehentak galah, ke hilir serengkuh dayung. Seciap bak ayam, sedencing bak besi. Begitu lah dulu para tetua di Minangkabau memberi makna nuansa "persaudaraan" - dan nilai-nilai itu yang ingin kami tegaskan dalam kata "badunsanak", tambah Ariyanto Zein pula. Pada Reuni Akbar nanti IKESMA juga akan menyalurkan santunan ke Panti Jompo, memberikan santunan kepada siswa kurang mampu dan bingkisan kenangan kepada para Guru yang sudah Pensiun. Bak gayung bersambut, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Payakumbuh, Erwin Satriadi menyatakan ikut s

SMANSA Raih Penghargaan Terfavorit I dari Pemko Payakumbuh

  Ketua Umum (Ketum) IKESMA, Ariyanto Zein mengucapkan selamat atas capaian SMANSA Payakumbuh yang memenangkan peringkat Terfavorit I, untuk kategori SMA/SMK/MA dalam acara Pawai Alegoris dan Pembangunan yang digelar oleh Pemerintah Kota (Pemko) Payakumbuh dalam rangka HUT Kemerdekaan RI, ke 78. Ucapan selamat tersebut disampaikan langsung kepada dinda-dinda peserta pawai yang didampingi Kepala Sekolah bapak Erwin Satriadi. Penghargaan itu diberikan berdasarkan " polling online ".  SMANSA meraih 2278 suara mengungguli MAN2 (1544 suara) dan SMAN 2 (1208 suara). Dalam kesempatan terpisah Ketua Reuni Akbar IKESMA dan HUT SMAN 1 Payakumbuh Yulhendri (Andi Malawai) juga mengucapkan selamat kepada seluruh peserta pawai Alegoris dan Pembangunan yang sudah mengharumkan nama SMANSA Payakumbuh. Dalam sambutannya Ariyanto Zein juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh alumni yang bernaung dalam IKESMA yang sudah memberikan dukungan terhadap dalam bentuk polling, sehingga beroleh suar

Sejarah SMA Negeri 1 Payakumbuh (bagian 2)

Untuk lebih lengkapnya kami tuliskan nama-nama Kepala SMA Negeri 1 Payakumbuh semenjak 1955 sebagai berikut: Bapak Djayusman 1955-1956 Bapak A. Kamal 1956-1957 Bapak R.M. Rumit Hasan Putera Negara 1957-1958 Bapak Sysmsukar Bachtiar 1959-1969 Bapak Yohanis BA 1969-1974 Bapak Basyirudin 1974-1977 Bapak Bustami Dt. Bijo Anso 1977-1987 Bapak Hilmi K. BA 1987-sekarang Namun demikian perlu kita garis bawahi bahwa di Lokasi Labuh Basilang SMA Negeri 1 Payakumbuh selama 19 tahun telah mengukir berbagai prestasi baik di bidang Hasil Belajar dan Mengajar, maupun di bidang Olahraga dan Kesenian. Bolehlah dikatakan bahwa alumni SMA Negeri 1 Payakumbuh yang pegang peranan dewasa ini baik di bidang ABRI (kini TNI-Polri) , Pegawai Negeri maupun swasta adalah jebolan SMA Negeri 1 Labuh Basilang. Bagaimana perkembangan SMA Negeri 1 Payakumbuh untuk masa berikutnya yang mengalami pasang naik dan pasang surut akan kami uraikan secara ringkas dalam penulisan selanjutnya. Pada periode ini SMA Negeri 1 Paya